Laman

Senin, 01 September 2025

Manual Antenna Polarization Changer (Pengubah Polarisasi Antena Secara Manual)

Setelah percobaan pertama saya melakukan komunikasi EME (Earth-Moon-Earth) di frekuensi 70cm menggunakan loop feed, saya terpikirkan untuk menciptakan mekanisme yang bisa mengubah polarisasi antena dari vertikal ke horizontal dan sebaliknya. Saya menghubungi Pak Hannes melalui WhatsApp untuk mencari ide, dan dia menyarankan untuk menggunakan tali.


Mencari Solusi: Actuator vs. Rotator

Saya kembali melihat-lihat halaman web OK1DFC yang membahas loop feed 70cm. Di sana, ada dua cara yang ia gunakan: pertama menggunakan aktuator, dan yang kedua menggunakan rotator antena.

Saya pun mulai mencari di pasar daring lokal untuk menemukan alat yang cocok, antara aktuator atau motor. Banyak toko menawarkan aktuator dengan beragam panjang. Saya juga menemukan antena TV yang sudah dilengkapi rotator dengan harga sangat terjangkau, hanya sekitar Rp100.000. Akhirnya, pilihan saya jatuh pada antena TV ini karena terlihat lebih praktis. Saya hanya perlu mengambil bagian rotatornya dan menyambungkannya ke loop feed antena saya.


Percobaan dengan Rotator Antena TV

Saya menghubungi Pak Sondong untuk membantu memasang rotator antena TV tersebut. Pada tanggal 30 Agustus 2025, dalam waktu kurang dari empat jam, rotator itu berhasil terpasang. Sayangnya, ada kendala: rotator tersebut tidak mampu memutar loop feed karena bebannya terlalu berat. Rotator antena TV itu ternyata terlalu kecil untuk menggerakkan beban antena saya.


Solusi Akhir: Tali Sebagai Pengubah Polarisasi Manual

Pilihan termudah berikutnya adalah kembali ke ide awal, yaitu menggunakan tali untuk memutar loop feed. Dengan tali ini, loop feed bisa diputar 90 derajat, mengubah polarisasi dari vertikal ke horizontal, dan sebaliknya. Ini menghasilkan sebuah pengubah polarisasi antena manual yang efektif dan sederhana.

https://youtube.com/shorts/lzlcJCcc1Ok?si=BsMxI0IRyYfL-w5p


Hasil Percobaan EME

Pada malam hari, saya mencoba berkomunikasi (QSO) dengan OE3JPC. Saat itu, degradasi polarisasi cukup tinggi, mencapai 3dB, yang berarti sinyal yang diterima akan berkurang kekuatannya sebesar 3dB. Awalnya, saya dengan mudah mendekode sinyal dari OE3JPC pada -23dB. Setelah saya mengubah polarisasi antena, sinyalnya langsung naik menjadi -19dB. Jika degradasi berada di bawah 1dB, sinyal mungkin bisa terdekode hingga -16dB.

OE3JPC sendiri menggunakan antena Yagi dengan polarisasi horizontal yang tidak bisa diubah. Sayangnya, ia masih belum bisa mendekode sinyal yang saya kirimkan, kemungkinan karena daya yang saya gunakan masih terlalu kecil, yaitu hanya 75 Watt.


Antenna OE3JPC

  

Hasil decode pancaran OE3JPC




Kesimpulan

Perubahan polarisasi sangat krusial dalam komunikasi EME di frekuensi 70cm. Sinyal yang dipantulkan dari bulan cenderung mengalami pergeseran polarisasi seiring waktu. Oleh karena itu, mengubah polarisasi antena sangat penting untuk mendapatkan sinyal terbaik.

Solusi ideal untuk masalah ini adalah menggunakan antena dengan polarisasi sirkular, yang tidak perlu diubah-ubah. Saya sendiri sudah menggunakannya untuk frekuensi 1.2GHz.

Minggu, 31 Agustus 2025

Judul: Sejarah EME Terukir: Kontak 432 MHz Pertama YB-PA

 

Persiapan Menuju Bulan: Memasang Senjata Baru

Komunikasi EME di band 70cm (432 MHz) adalah salah satu tantangan terbesar dalam dunia radio amatir. Redaman sinyalnya sangat ekstrem, dan rotasi polarisasi akibat medan magnet Bumi (Faraday Rotation) sering kali membuat sinyal menghilang.

Untuk menaklukkan tantangan ini, saya memasang loop feed 432 MHz dengan desain dari OK1DFC pada dish antenna berukuran 4.5 meter. Secara teori, kombinasi ini mampu menghasilkan gain sekitar 24 dBi, setara dengan 4 buah Yagi 23 elemen. Keuntungan lainnya, pemasangan ini tidak mengharuskan saya melepas septum feed 1.2 GHz, cukup memutarnya ke atas.



Setelah pemasangan, langkah pertama adalah mengukur sun noise. Angka yang didapat hanya 9 dB, masih 3 dB di bawah perhitungan ideal 12 dB. Meskipun ada selisih, angka ini cukup memberikan optimisme bahwa sistem antena ini bisa digunakan untuk EME 70cm.

Untuk melengkapi sistem, saya menggunakan LNA murah buatan Tiongkok, TQP3M9037, yang dibeli seharga sekitar 500 ribu rupiah. LNA ini diklaim memiliki gain hingga 45 dB pada 432 MHz. Meski saya tidak bisa mengukur Noise Figure-nya, saya cukup yakin untuk menggunakannya karena perangkat serupa telah sukses digunakan oleh VK0DS untuk EME di Kutub Selatan pada frekuensi 1.2 GHz.




Antisipasi dan Momen Paling Menentukan

Pada 24 Agustus 2025, saya membuat jadwal dengan OE3JPC untuk pengujian perdana. Setelah antena mengarah ke Bulan, saya mulai melihat trace tipis di waterfall. Tak lama kemudian, saya berhasil mendeteksi dan mendekode SP2WRH dengan sinyal hanya -28 dB. Penerimaan yang sangat lemah ini membuat saya khawatir, apakah LNA murah ini benar-benar berfungsi di 432 MHz?

Namun, saya tidak menyerah. Sinyal OE3JPC kemudian berhasil saya dekode di -25 dB. Saya coba memanggilnya dengan daya hanya 75 Watt, tetapi Pak Hannes di Austria tidak berhasil mendekode sinyal saya. Selama 10 menit, sinyalnya berhasil saya tangkap, tetapi sinyal saya tidak pernah sampai di sisinya.


Saat keraguan mulai muncul, tiba-tiba PA3DZL menyapa lewat aplikasi EME HB9Q. Dia mengajak untuk mencoba, dan saya langsung menyanggupinya. Setelah menunggu 30 menit, Jac di Belanda siap. Saya melihat spesifikasi stasiunnya: dish antenna 4.5 meter dengan power 1 kW.

Ketika PA3DZL mulai memancar, saya melihat trace di waterfall dan berhasil mendekode sinyalnya di -25 dB. Dengan angka sekecil itu, saya sangat pesimis dia bisa menerima sinyal saya.

Kemudian, Jac menawarkan untuk mengubah polarisasi antenanya. Dan, tiba-tiba, trace di waterfall menjadi jauh lebih kuat. Nadanya bahkan terdengar jelas di speaker! Biasanya, sinyal yang terdengar seperti itu berarti angkanya sudah di atas -19 dB. Benar saja, sinyalnya langsung melonjak dan berhasil terdekode di -16 dB.

Kenaikan yang signifikan ini menjadi jawaban atas semua keraguan. Ternyata, LNA murah dari Tiongkok itu berfungsi dengan baik. Penerimaan yang sebelumnya lemah hanyalah masalah polarisasi antena. Dengan penyesuaian polarisasi, sinyalnya naik 9 dB, sebuah lompatan yang sangat besar.

Pencapaian Bersejarah

Saya terus membalas panggilan Jac hingga akhirnya dia berhasil mendekode sinyal saya di -26 dB. Saya segera mengirim RR73, dan dia membalas dengan 73.

Pada hari itu, sebuah peristiwa bersejarah terjadi: komunikasi EME 432 MHz pertama di dunia antara YB (Indonesia) dan PA (Belanda). Jac dan saya sama-sama merasa sangat senang. Ini adalah bukti bahwa dengan ketekunan, perencanaan, dan sedikit keberuntungan, tantangan terbesar dalam dunia radio amatir bisa diatasi.