Sabtu , 31 Agustus 2019, pagi itu sesuai dengan janji yang sudah disepakati dengan W7GJ, Lance dari USA, untuk kesekian kali kami mencoba komunikasi EME pada 50 MHz walaupun kami tahu kemungkinannya sangat kecil karena saya masih memancar QRP, hanya 100 Watt.
Menurut software Daff Moon, pagi itu bulan akan terbit di OI53KD pukul 6.20 WIB, untuk itu sebelum jam 6, radio sudah terkoneksi dengan laptop dan antenna secara manual terarah 70 derajat ke posisi bulan terbit.
Di DN27ub, Missoula USA ada selisih waktu 11 jam dengan OI53kd, jadi di sana jam 5.20 sore. Posisi bulan di sana menurut software Daff Moon adalah 35 derajat dengan jarak 13.831,5 km. Bisa dibayangkan, bulan setinggi 35 derajat ke arah 243 derajat (azimuth) sedangkan di Kudus baru mulai terbit.
Posisi Bulan di Kudus
Posisi bulan di Missoula
Menyimpang sedikit dari pembahasan EME, kaum bumi datar atau flat earth / FE mengklaim bahwa tinggi bulan sekitar 5500 km dari permukaan bumi. Dengan ketinggian segitu dan dengan bumi yang datar maka seharusnya pada ketinggian 35 derajat dari Missoula USA maka bulan sudah kelihatan dari Kudus Indonesia, karena jarak keduanya hanya 13.831,5 km. Kalau mau menghitung sekitar 42 derajat dari Kudus, namun sekali lagi faktanya ketika bulan terlihat 35 derajat dari Missoula USA, di Kudus baru terbit.
Seandainya bulan hanya setinggi 5500 dan bumi adalah datar, maka komunikasi EME akan sangat mudah dilakukan dan hanya butuh power TX yang kecil saja. Ketinggian segitu setara jarak Kudus ke Jepang, sedangkan komunikasi direct ke Jepang melalui HF sangat mudah dilakukan. Namun faktanya, komuniksi EME adalah komunikasi tersulit bagi amatir radio, power harus besar begitu juga antennanya harus punya gain yang tinggi.
Karena jarak bumi bulan menurut science modern rata-rata adalah 384 rb km maka komunikasi EME akan menempuh jarak sekitar 768 km. Kecepatan gelombang radio adalah 300 km/detik maka pada komunikasi EME, sinyal radio membutuhkan waktu sekitar 2,5 detik. Dengan menggunakan WSJT-x maka waktu tempuh ini akan terlihat dalam kolom DT, dan ini yang dipakai patokan oleh EME-er untuk menentukan sinyal yang diterima tsb sinyal EME atau bukan. Bila DT sangat kecil, misalnya 0,1 detik bisa dipastikan itu bukan sinyal EME karena hampir tidak ada jeda waktu antara sinyal dikirim dan diterima, sebaliknya bila DT sekitar 2 detik maka hampir bisa dipastikan itu sinyal EME.
Kembali ke EME 6 meter, akhirnya tiba waktunya bulan terbit di Kudus, secara bergantian kami mengirim message melalui WSJT-X di frekwensi 50.190 USB dengan mode JT65A. Pada elevasi 4 derajat, sinyal W7GJ sudah mulai terlihat di waterfall dan berhasil terdecode, namun dia belum juga berhasil melihat trace di waterfallnya.
Pada elevasi sekitar 12 derajat, di waterfall terlihat trace RO sebagai konfirmasi bahwa dia telah menerima message. Namun sayang trace tersebut gagal terdecode walaupun jelas terlihat tracenya.
Akhirnya pada elevasi sekitar 15 derajat, komunikasi dihentikan dengan kesimpulan kedua stasiun berhasil menerima message namun tidak terkonfirmasi dengan sempurna.