Persiapan
Setelah mencoba EME 70 cm tibalah saatnya mencoba EME 23 cm. Ini adalah proyek multi year, dimulai dari November 2021. Memang dari awal direncanakan untuk dibuat secara perlahan-lahan karena minimnya pengetahuan soal dish antenna khususnya untuk 23 cm.
Saya mengirim WA kepada Alex EA8DBM, teman ham dari Canary Island mengutarakan keinginan saya untuk mencoba EME 23 cm. Alex ini orangnya enak, suka membantu saya mulai sejak QSO pertama dengannya di 2 meter pada 1 Juli 2017.
Saya bertanya kepadanya tentang dish antenna yang bisa digunakan untuk EME 23 cm. Dia langsung menjelaskan kriteria dish antenna yang bisa digunakan, mulai dari f/D sampai feed poin yang bisa dipakai. Belum paham atas penjelasannya namun namun masih bertekad untuk bisa QRV di 23cm. Dan biasanya saya memang ngawur saja untuk mencoba sesuatu, sambil jalan belajar dan belajar, tanya ke sana ke mari.
Untuk EME 23 cm ini cukup banyak perangkat yang harus disiapkan, yang pertama sudah barang tentu antenna dengan gain yang tinggi, kemudian Low Noise Amplifier / LNA, penggerak antenna dan tranceiver yang bisa bekerja pada frekwensi 1296 MHz.
Untuk antenna, yang paling bisa diandalkan adalah dish antenna walaupun ada beberapa stasiun yang hanya menggunakan antenna Yagi, namun sangat jarang. Mau tidak mau harus mulai membaca teori antenna khusunya dish antenna, asal baca saja, mungkin yang masuk ke otak hanya beberapa persen.
Mulailah mengenal rumus-rumus menentukan focal lenght dari diameter dan kedalaman dish. Kemudian perbandingan antara focal lenght dengan Diameter yang dikenal dengan f/D, sampai disini masih belum paham mengapa orang membuat dish antenna dengan f/D berbeda-beda.
Septum feed RF Hamdesign.
Daripada pusing-pusing mampir saja ke website yang menjual dish antenna 23 cm. Ketemulah RFHamdesign yang menjual kebutuhan dish antenna untuk EME, mulai dari dish kit, feed dish sampai penggeraknya. Semuanya terlihat bagus, hanya harganya saja yang diluar anggaran, sehingga tidak berani memesan.
Namun ada satu komponen yang masih terjangkau yaitu dish feed. Dari berbagai referensi jatuhlah pilihan pada septum feed 23 cm. Barangnya berupa box alumunium berisi dua antenna TX dan RX yang dipisahkan oleh 'septum' ditengahnya. Mengapa tidak bikin sendiri saja? Walaupun ada referensi cara membuatnya lengkap dengan ukurannya secara detail namun karena pengalaman masih nol, jadi tidak berani mencoba bikin. Daripada memakan waktu, lagi pula harganya masih terjangkau.
Akhirnya terbelilah septum feed 23 cm dari RFHamdesign. Barang masuk Indonesia dengan selamat tanpa kendala di Bea Cukai, karena barangnya cuma berupa box alumunium, bagi yang tidak tahu mungkin dikira cuma box wadah sesuatu.
G4DDK LNA
Berikutnya adalah LNA, jelas tidak mungkin bikin sendiri, ribet dan tidak punya alat ukur yang memadai, punyanya cuma multimeter Heles saja. Pilihan jatuh pada LNA bikinan Sam Jewel G4DDK. Pada saat pertama kali main EME 2 meter saya juga beli kit LNA 2 meter darinya.
Cukup kirim email kepadanya untuk menanyakan ketersediaan barang beserta harganya maka Mr. Sam akhirnya setuju untuk membuatkan sebuah LNA 23 cm untuk saya. Dia minta waktu beberapa minggu untuk merangkainya. Akhirnya setelah jadi, LNA tersebut di kirim ke Indonesia. Seperti halnya septum feed, LNA ini tidak menarik petugas bea cukai untuk meributkannya. Jadi dari pantauan track shipping, perjalan barang ini mulai masuk bea cukai, diperiksa, kemudian keluar pajaknya berjalan dengan mulus.
Transverter 1.2 GHz SG Lab.
Dua perangkat sudah terkumpul, sekarang mikir tranceivernya karena yang dipunyai cuma mentok di 144 MHz untuk TX nya, kalau RX mungkin masih bisa diakali dengan SDR atau receiver. Browsing ke mana-mana dan juga tanya-tanya kepada pemain EME. Sesuai saran dari CT1BYM, OM Miguel Pelicano maka transverter 144MHz ke 1296MHz produksi SG Lab menajadi pilihan. Sepertinya transverter ini yang paling terjangkau harganya.
Transverter dari SG Lab ini juga mulus melalui saringan bea cukai. Bea cukai harus menjadi perhatian utama bila hendak mendatangkan barang dari luar negeri, di sinilah titik kritis ketika menerima kiriman dari luar negeri khususnya barang-barang yang mengandung RF.
Dish Antenna
Sambil mengumpulkan perlengkapan di atas, mulailah tahap pembuatan dish antenna atau antenna parabola. Dari awal EA8DBM memperingatkan untuk menggunakan dish antenna dengan f/D yang rendah, masih belum paham mengapa, tapi saya turuti saja.
Langkah awal adalah mencari referensi sebanyak-banyaknya dan sumbernya cuma 1 yaitu internet. Tidak ada rekan amatir lokal yang pernah mencobanya. Dari RFHamdesign didapat beberapa referensi ukuran dish dan pilihan jatuh pada dish dengan diameter 4.5 meter dengan f/D 0.45.
RFHamdesign menjual dish antenna lengkap dengan segala akseorinya seperti dish feed, bracket dan penggeraknya. Masalahnya cuma satu, harganya luar biasa dan tentunya ongkirnya akan sangat mahal, belum lagi nanti pajaknya.
Pengerjaan dish antenna saya serahkan pada Pak Azis, YC2JIS di Daren Jepara yang mempunyai bengkel stainless steel. Gambar saya kirimkan kepadanya dan disanggupi akan dikerjakan kalau sepi order, karena ini memang bukan pekerjaan utamanya.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar